Nur Hidayah Press
Heri Setiawan, S.S.

Heri Setiawan, S.S.

Staff Redaksi Nur Hidayah Press

Ajining Dhiri Dumunung Ana ing Lathi lan Ajining Raga Dumunung Ana ing Busana

Gambar 1.1 Ilustrasi menjaga mulut dan aurat. Sumber: https://eliezercxt.blogspot.com

Peribahasa ajinining dhiri dumunung ana ing lathi lan ajining raga dumunung ana ing busana, memiliki arti nilai atau harga diri seseorang terletak di mulut (ucapannya) dan nilai fisik seseorang terletak di pakaiannya. Petuah ini menjelaskan mengenai nilai diri setiap orang. Maksud dari nilai atau harga diri seseorang terletak di mulut (ucapannya) adalah nilai seseorang yang dilihat melalui kepandaian dalam menjaga mulut dan ucapannya. Orang yang mampu menjaga mulut dan ucapannya adalah orang yang tidak suka berbohong, tidak suka menghina, tidak suka berkata kasar, dan lain sebagainya. Sebaliknya, orang yang tidak bisa menjaga mulut dan ucapannya adalah orang yang suka berbohong, menyinggung orang lain, dan menyakiti perasaan orang lain. Maka orang yang tidak bisa menjaga mulut dan ucapannya, sama saja dengan menghancurkan nilai dan martabat dirinya sendiri. Pentingnya menjaga mulut dan ucapan juga tertuang dalam hadist seperti berikut.

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

Artinya: “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhari).

حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya:“Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.’” (Hadits Shahih Al-Bukhari No. 5994)

Sementara itu terdapat petuah yang menyebutkan bahwa nilai fisik seseorang terletak di pakaiannya. Petuah ini mengandung dua maksud. Maksud yang pertama menjadi sebuah peringatan kepada seseorang agar senantiasa menjaga dan menutupi auratnya dengan mengenakan pakaian yang pantas. Ketika seseorang tidak peduli kepada auratnya sendiri dan membiarkannya tidak tertutup dengan pakaian yang pantas, maka akan mengakibatkan pandangan negatif dari orang lain yang melihatnya. Pandangan negatif dari orang lain inilah yang dianggap sebagai perusak nilai fisik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al- Qur’ān surah al-A’rāf ayat 26 di bawah ini.

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْءٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

Artinya:

“Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat.”

 

Maksud yang kedua adalah mengandung peringatan agar seseorang mengenakan pakaian yang pantas ketika berhadapan atau bertemu dengan orang lain. Contohnya ketika hendak bertamu ke rumah orang lain dengan menggunakan pakaian yang pantas. Tidaklah patut apabila bertamu dan menemui orang dengan menggunakan pakaian yang tidak sesuai seperti pakaian tidur, pakaian olah raga, dan lain sebagainya. Maka kenakanlah pakaian yang pantas sebagai wujud menghargai orang lain.

Dari dua maksud tersebut, dapat disimpulkan bahwa pakaian yang dikenakan seseorang juga mencerminkan sopan santun dari seseorang itu sendiri.

Dari peribahasa ajinining dhiri dumunung ana ing lathi lan ajining raga dumunung ana ing busana, kita dapat belajar bahwa orang Jawa juga menerapkan nilai-nilai keislaman untuk pedoman hidupnya.

 

 

 

 

 

Referensi:

Suprapto, R Handoyo. 2015. Kitab Petuah Warisan Leluhur Jawa. Yogyakarta: Laksana.

https://www.hadits.id/hadits/bukhari/5994

https://www.liputan6.com/hot/read/5261723/pentingnya-menjaga-lisan-menurut-al-quran-dan-hadis-yang-patut-diketahui-umat-muslim?page=4

https://quran.kemenag.go.id

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Hubungi Kami
Informasi lebih lanjut
Customer Service
Selamat datang di Nur Hidayah Press!
Apakah ada yang bisa kami bantu?