Nur Hidayah Press
Chori Miftahul Kosidatul Natus, M.Pd.

Chori Miftahul Kosidatul Natus, M.Pd.

Tim Redaksi Nur Hidayah Press

Batas Berpikir Positif

Gambar: Batas Berpikir Positif. Sumber: https://freepik.com

Apa itu berpikir positif?

Agama Islam telah mengenalkan istilah husnuzhan untuk penyebutan  hal-hal yang berkaitan dengan berpikir positif atau prasangka baik. husnuzhan adalah kemampuan berprasangka baik kepada Allah Swt. Dasar dari prinsip husnuzhan adalah hadis Nabi yang berbunyi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللّهِٰ صَلَّى اللّهُٰ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللّهَٰ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

Artinya:

“Dari Abi Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.” (H.R. Muslim No. 4849)

Hadis di atas menjelaskan bahwa Allah Swt. akan menyeseuaikan prasangka hamba-Nya, sebagaimana hamba-Nya berprasangka kepada Allah Swt. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu berprasangka baik terhadap apa yang telah Allah Swt. tetapkan. Berpikir positif dan berprasangka baik, akan mendatangkan hal-hal yang baik untuk kehidupan kita.

Kita semua telah mengetahui dan telah setuju bahwa berprasangka baik dan berpikir positif memiliki banyak manfaat. Ketika seseorang telah terbiasa berpikir positif, maka secara otomatis ia dapat menumbuhkan rasa optimis dan percaya diri dalam melewati setiap proses pengalaman hidup.

Cara agar selalu berpikir positif adalah dengan meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika Allah Swt. berkehendak. Selain itu, juga meyakini bahwa Allah Swt. selalu membersamai kita, di mana pun, dan dalam keadaan apa pun. Keyakinan seperti ini yang akan menggerakkan segala potensi diri seseorang dalam mewujudkan cita-citanya. Berpikir positif adalah hal yang baik, tetapi, apakah segala aspek kehidupan ini dapat kita sikapi dengan berbaik sangka dan berpikir positif? Adakah batasan dalam berpikiran positif?

Batas Berpikir Positif

Berpikir positif adalah hal yang baik, tetapi kita kita juga harus dapat menempatkan berpikir positif ini sesuai dengan porsinya. Apabila kita tidak menempatkan sesuai porsinya, ditakutkan akan terjadi kesalahan dalam berpikir. Contohnya adalah pacaran, pacaran adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Apabila seseorang datang dengan pemikiran positifnya terkait pacaran maka muncullah pernyataan pacaran itu ada positifnya kok, bisa untuk saling mengenal, saling memotivasi dalam belajar, atau persiapan untuk ke jenjang pernikahan, kita ambil saja positifnya. Pemikiran seperti ini adalah pemikiran yang salah.

Kita harus mengerti antara berpikir positif dan perilaku kewaspadaan. Pada dasarnya, Islam tidak membolehkan kita untuk mengghibah, tetapi ada beberapa kasus yang mewajibkan kita untuk melakukan ghibah. Imam Nawawi dalam Kitab Riyadussalihin menyampaikan ada beberapa perkara yang membolehkan kita untuk ghibah, contoh kita pernah berinteraksi dengan seseorang yang pernah menipu kita dalam suatu transaksi, kita sudah tahu bagaimana track record-nya pada masa lalu, maka ketika kita tahu ada orang lain yang hendak bertransaksi dengannya, maka kita wajib memberitahu orang tersebut bagaimana ia di masa lalu. Hal seperti ini tidak dimasukkan ke dalam dosa ghibah, karena ini adalah suatu kewaspadaan. Apakah kita boleh berpikir positif bahwa orang tersebut sudah berubah menjadi lebih baik? boleh, tetapi tidak ada jaminannnya ia benar-benar telah berubah. Ketika kita sudah memberi tahu tentang perangai orang tersebut, maka keputusan selanjutnya bukan kita yang memutuskan, tetapi orang yang hendak bertransaksi tadi.

Kesimpulan

Berpikir positif dan berprasangka baik memang diajarkan di dalam agama Islam, tetapi bukan berarti meniadakan kewaspadaan. Maka jika kita telah mengetahui beberapa keburukan-keburukan, maka kita harus sampaikan, tetapi cara menyampaikannya harus dengan cara yang baik, kepada yang bersangkutan saja dan tidak disebarkan di muka umum, dan jika kita mampu, ajaklah orang tersebut untuk melakukan hal-hal baik. tidak semuanya harus dipikirkan secara positif dan tidak semua harus dipaksa menjadi positif.

Referensi:

Hardiyanti Rahmah, Konsep Berpikir Positif (Husnuzhon) Dalam Meningkatkan Kemampuan Self Healing, Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan.

Oktarina Yusra, Berpikir Positif Pada Hadits “Anā ‘Inda Zhannī ‘Abdi Bī” Dalam Perspektif Gramatika Dan Balagha, Jurnal Al Mi’yar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Hubungi Kami
Informasi lebih lanjut
Customer Service
Selamat datang di Nur Hidayah Press!
Apakah ada yang bisa kami bantu?