Nur Hidayah Press
Azzahra Nurhidayati Ni'mah, S.Pd.

Azzahra Nurhidayati Ni'mah, S.Pd.

Staff Redaksi Nur Hidayah Press

Ejaan Bahasa Indonesia sebelum Mengenal EYD

Gambar 1.1 Bahasa Indonesia, Sumber : https://www.kompas.com/stori/image/2022/09/14/130000879/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia-pada-masa-kerajaan?page=1

Ejaan bahasa Indonesia bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita, ter­utama di dunia penulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ejaan memiliki arti ‘kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca’. Saat ini, pedoman penulisan yang digunakan adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Edisi V setelah ber­ganti nama dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Sebelum me­ngenal EYD, terdapat dua ejaan yang digunakan di Indonesia. Perkembangan zaman dan teknologi telah mengantar ejaan bahasa Indonesia sampai pada pedoman yang di­­guna­kan saat ini, yaitu EYD edisi kelima. Berikut sekilas tentang sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia.

1. Ejaan van Ophuijsen (1901–1947)

Gambar 1.1 C.A. van Opuijsen. Sumber: id.wikipedia.org

Ejaan van Ophuijsen yang juga dikenal sebagai Ejaan Balai Pustaka berisi ejaan bahasa Melayu yang ditulis menggunakan bahasa latin, bukan lagi aksara Jawi atau Arab Gundul. Ejaan ini dirancang oleh van Opuijsen bersama Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan van Ophuijsen memiliki enam ciri sebagai berikut.

  • Huruf ї untuk membedakan huruf i sebagai akhiran seperti diftong (mulaї, ramaї) dan untuk menulis huruf y (Soerabaїa).
  • Huruf j untuk menuliskan kata seperti jang, saja, wajang.
  • Huruf oe untuk menuliskan kata seperti doeloe, akoe, repoeblik.
  • Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menulis­kan kata ma’moer, ta’, dan pa’.
  • Huruf tj dieja menjadi c, misalnya Tjikini, tcara, pertjaya.
  • Huruf ch dieja menjadi kh, misalnya achir, chusus, machloe’.

 

2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947–1972)

Gambar 1.1 R.M. Suwandi. Sumber: bobo.grid.id

Ejaan Republik yang berlaku mulai 19 Maret 1947 merupakan hasil penyederhanaan dari Ejaan van Opuijsen. Ejaan ini diprakarsai oleh Mr. Soewandi yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ejaan Republik memiliki lima ciri sebagai berikut.

  • Huruf oe disederhanakan menjadi u, misalnya dulu, aku, republik.
  • Bunyi hamzah (‘) ditulis dengan k, misalnya kata ra’yat menjadi rakyat dan ta’ menjadi tak.
  • Kata ulang ditulis dengan angka 2, misalnya anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
  • Awalan di- dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya, misalnya dijalan, diluar, dijual, diminum.
  • Penghapusan tanda diakritis schwa atau e‘pepet’ (ẻ) menjadi e, misalnya kẻluarga menjadi keluarga.

 

3. Ejaan yang Disempurnakan (1972)

EYD merupakan penyederhanaan dan penyempurnaan ejaan se­be­lumnya. Konsep EYD dilengkapi pada pelaksanaan Seminar Bahasa Indonesia di Puncak pada tahun 1972. EYD diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Berikut ciri khusus EYD 1972.

  • Huruf diftong oi hanya ditemukan di belakang kata, misalnya pada kata amboi.
  • Huruf nj menjadi ny, sj menjadi sy, tj menjadi c, ch menjadi kh, dan keempatnya termasuk kelompok huruf konsonan.
  • Menggunakan dua istilah, yaitu huruf besar dan huruf kapital.
  • Penulisan huruf hanya mengatur dua macam huruf, yaitu huruf besar atau huruf kapital dan huruf miring.
  • Penulisan angka untuk menyatakan nilai uang menggunakan spasi antara lambang dengan angka, misalnya Rp 500,00.
  • Tanda petik dibedakan istilah dan penggunaannya menjadi dua, yaitu tanda petik ganda dan tanda petik tunggal.
  • Penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan dibedakan.
  • Angka dua (2) tidak digunakan sebagai penanda perulangan, kecuali mungkin dalam tulisan cepat dan notula.

 

Selain Ejaan van Opuijsen, Ejaan Republik, dan EYD, terdapat juga ejaan-ejaan lain yang berkembang di Indonesia, seperti Ejaan Pembaharu­an, Ejaan Melindo, dan Ejaan Baru. Namun, ejaan-ejaan tersebut tidak resmikan, salah satunya disebab­kan oleh situasi politik saat itu.

 

Sumber:

Mijianti, Y. 2018. “Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia” dalam BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3 (halaman 1).

Nofria, Mega. 2020. “Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia, Materi Kuliah Bahasa Indonesia”. https://www.youtube.com/watch?v=rSAlEiOZiAI. Diakses pada 21 September 2023 pukul 13.21.

Damaledo, Yandri Daniel. 2022. “Apa Itu EYD Edisi V dan Perbedaannya dengan PUEBI?”. https://tirto.id/apa-itu-eyd-edisi-v-dan-perbedaannya-dengan-puebi-gvs9.

Tanpa nama. 2023. “Ejaan yang Disempurnakan”. https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_yang_Disempurnakan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Hubungi Kami
Informasi lebih lanjut
Customer Service
Selamat datang di Nur Hidayah Press!
Apakah ada yang bisa kami bantu?