Yukrimah Nur Rohhim, S.S.
Tim Redaksi Nur Hidayah Press
Fenomena FOMO (Fear Of Missing Out) bagaimana perspektif Islam?
Gambar : Fenomena FOMO (Fear Of Missing Out), Sumber : https://freepik.com
FOMO atau yang diketahui sebagai Fear Of Missing Out, merupakan fenomena perilaku manusia yang selalu merasa takut atau cemas tertinggal tren atau kegiatan yang sedang banyak dilakukan oleh kebanyakan orang. FOMO juga berkaitan dengan kecemasan seseorang jika melewatkan suatu peristiwa atau aktivitas bersama orang lain. Perasaan atau persepsi bahwa orang lain memiliki lebih banyak pengalaman menyenangkan dan hidup yang lebih baik daripada kita, dan seolah ada sesuatu yang penting yang kita lewatkan, semua itu disebut FOMO (Bantara, 2023).1
Fenomena FOMO banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berlomba-lomba memenuhi gaya hidup yang berujung pada membelanjakan harta secara impulsif atau biasa disebut impulsif buying. Terdapat juga perilaku FOMO mengikuti tren bermedia sosial, memakai pakaian yang sedang tren, mengikuti berita-berita yang sedang viral dari influencer atau artis, mencoba makan atau minum dengan cara berlebih-lebihan, dan sebagainya. Mengikuti tren-tren dengan cara demikian, bukan tidak mungkin seseorang akan terjerumus dalam sifat tabzir (boros) dan israf (berlebih-lebihan). Sebagaimana disebutkan dalam surah al-A’raf ayat 31,
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ (٣١)
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Menyikapi fenomena FOMO, Islam telah jelas menyebutkan untuk tegas dalam memegang prinsip. Prinsip yang harus dipegang seorang muslim adalah mengedepankan sikap qanaah, yakni merasa cukup akan segala yang dimilikinya. Qanaah juga berarti menjauhkan diri dari perasaan tidak puas atau kurang. Alih-alih menjerumuskan dalam fenomena FOMO, sikap qanaah akan membawa seorang muslim pada perasaan JOMO atau Joy of Missing Out. Perasaan JOMO hadir ketika seseorang sudah memiliki kepuasan diri terhadap apa-apa yang diperoleh dalam hidupnya. Allah Swt. berfirman dalam surah an-Nisa’ ayat 32,
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا (٣٢)
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah mengetahui segala sesuatu.”
Catatan kaki:
1 Bangas Bantara. Psikologi Gelap Internet: Memahami Sisi Tersembunyi dari Dunia Maya. (tk, tp: 2023). tt.