Yukrimah Nur Rohhim, S.S.
Tim Redaksi Nur Hidayah Press
Hidupkan Ghirah Islam dalam jiwa Pemuda
Gambar: Kongres Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jl. Kramat 106, Jakarta. Sumber foto: Arsip Repro Idayu Foto
(Peringatan 95 Tahun Sumpah Pemuda)
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ اِنَّ فِي يَدِكُمْ أَمْرُ الْأُمَّةِ وَفِي اَقْدَامِكُمٍ حَيَاتُهَا
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Sesungguhnya di tanganmu-lah urusan bangsa dan dan dalam langkahmu tertanggung hari esok.” (Syaikh Musthofa Al-Ghulayain dalam Kitab ‘Izhatun Nasyi’in)
Pada hari Kongres Pemuda kedua, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, lahir peristiwa penting yang kemudian dikenal dengan sebutan, Sumpah Pemuda. Dalam kongres tersebut, gerakan pemuda dari berbagai daerah berkumpul yang selanjutnya menjadikan seluruh elemen pemuda bersatu. Demikian peristiwa Sumpah Pemuda menjadi momentum penggerak bangsa.
Peristiwa Sumpah Pemuda membuktikan bahwa kaum muda adalah salah satu tonggak penggerak peradaban. Sebagaimana peristiwa dalam sejarah Indonesia, para pemuda adalah penggerak perubahan.1 Mereka memiliki andil yang sangat besar dalam faktor kebangkitan bangsa. Andil pemuda untuk membangun bangsa ini perlu disadarkan agar terarah dan tidak melenceng dari yang seharusnya. Upaya pembangunan kualitas pemuda sangat diperhatikan salah satunya dalam Islam. Terdapat banyak seruan dalam Al-Qur’an dan hadis untuk membina dan mengarahkan pemuda.
Arahan Islam untuk pemuda di antaranya,
- Anjuran untuk Menuntut Ilmu
Islam mengajarkan kepada para muslimin untuk senantiasa menuntut ilmu. Tidak terkecuali untuk pemuda muslim, jiwa-jiwa untuk selalu haus akan ilmu perlu ditanamkan. Terdapat pepatah yang menasihatkan, بَابٌ العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ “Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan” (Shahih Bukhari dalam kitab al-Ilmu). Jelaslah memahami ilmu lebih didahulukan sebelum beramal.
Orang yang menuntut ilmu tentu akan berbeda dengan orang yang belum menuntut ilmu. Pengetahuan akan membuka pikiran sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah az-Zumar ayat 9.
“… ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?’ Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran.”
- Senantiasa Menjaga Diri dalam Ketaatan Kepada Allah Swt.
Masa-masa muda memang banyak didominasi oleh hawa nafsu. Menurut Imam Abul Ula al-Mubarakfuri, Rasulullah saw. mengkhususkan penyebutan “seorang pemuda” dalam hadis,
“Sesungguhnya Allah Swt. benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah (tidak memperturutkan hawa nafsu)” (H. R. Ahmad dan Thabrani)
karena pada fase tersebut, anak muda memiliki kecenderungan didominasi hawa nafsu.2 Islam mengarahkan pemuda supaya tidak terjerumus dalam hawa nafsu yang membawa pada kesesatan. Dalam arahannya, Islam mengajarkan untuk selalu menggunakan waktu maupun kesehatan dalam hal-hal yang bermanfaat.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan oleh banyak manusia, (yaitu): kesehatan dan waktu luang.” (H.R. Bukhari, No. 6049)
Menggunakan nikmat sehat dan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat dimaksudkan agar seseorang selalu dalam ketaatan kepada Allah Swt.. Saat-saat luang yang biasanya berdiam diri saja tidak beraktifitas atau bahkan digunakan untuk hal-hal yang keluar dari jalan ketaatan, perlu diubah agar tidak melemahkan pikiran. Jika pikiran lemah, maka lemah pulalah iman yang nantinya dapat menimbulkan keburukan. Maka, ingatlah untuk selalu menjaga ketaatan, sebab, pemuda yang akan mendapat naungan di hari kiamat adalah pemuda yang senantisa menjaga ketaatan kepada Tuhannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللّٰهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلا ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ …
Artinya: “Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan dari-Nya, (yaitu)… pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Tuhannya … ” (H.R. Bukhari, No. 6308)
- Memilih dan Menjadi Teman Bergaul yang Shalih
Memilih teman bergaul sangat penting sebab dalam pergaulan, teman sedikit banyak akan membawa pengaruh bagi perilaku seseorang. Sebagaimana diwasiatkan Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya,
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (H.R. Bukhari, No. 5534 dan Muslim, No. 2628)
Bagaimana mengetahui seseorang itu baik atau tidak? Seseorang yang baik, akan senantiasa mengajak untuk berbuat baik dan menjauhi maksiat. Lantas, apakah seseorang yang mendekati perbuatan maksiat perlu dijauhi? Islam tidak melarang seseorang untuk berteman dengan siapapun. Namun, penting untuk dipahami, bahwa menjaga ketaatan kepada Allah Swt. harus dijunjung di atas segalanya. Bila seseorang mengetahui temannya mendekati maksiat, maka sebisa mungkin tegurlah orang tersebut dengan adab yang baik sesuai ajaran Islam.
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فَبِقَلبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيْمَانِ
Artinya: “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah–lemahnya iman.” (H.R. Muslim, No. 55)
Demikianlah seharusnya perilaku seorang muslim. Selain memilih teman bergaul yang baik, seseorang juga wajib menjadi teman yang baik bagi orang-orang di sekitarnya. Tak kalah penting, dalam berteman harus menghadirkan iman dan niat yang ikhlas karena Allah Swt.. Bukan karena kepentingan lain selain hanya untuk mengharap ridha-Nya.
Semangat sumpah pemuda yang hadir 95 tahun lalu perlu dijaga dan dipantik terus-menerus agar senantiasa hidup. Dalam menjaganya, diperlukan beberapa arahan dengan menghidupkan ghirah Islam dalam diri pemuda. Demikian Islam menanamkan hakikat takwa, semangat menuntut ilmu, dan keikhlasan dalam setiap jiwa pemuda. Ghirah untuk menjaga diri dari segala pengaruh yang semakin mengikis keimanan. Memupuk semangat Islam dalam diri pemuda adalah dasar untuk membangun semangat perjuangan bangsa.
Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk seluruh pemuda bangsa. Semoga Allah Swt. senantiasa menjadikan negeri ini bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Juga menjadikan kita bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Pun menjadikan kita, pemuda putra-putri Indonesia berbahasa yang satu, bahasa Indonesia.
Catatan Kaki:
1 Bondan Kanumoyoso dalam 85 Tahun Taufik Abdullah: Perspektif Intelektual dan Pandangan Publik. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020), hlm. 89-90.
2 Ukasyah Habibu Ahmad, Duhai Nabi, Jadikan Aku Kekasihmu!, (Yogyakarta: Laksana, 2020), hlm. 125-126.