Memetik Hikmah dari Peristiwa Wafatnya Rasulullah SAW
Fatkha Apri Cahyanti, S.Ag.
Staff Redaksi Nur Hidayah Press
Gambar 1.1 Memetik Hikmah dari peristiwa wafatnya Rasulullah. Sumber: https://images.app.goo.gl/xqpHLZP945q1bwrJ9
Wafatnya Rasulullah saw..
Kembalinya Rasulullah saw. ke Madinah setelah melakukan ibadah haji wada’, beliau melakukan ziarah ke makam Baqi’ untuk mendo’akan keluarganya. Beliau juga ziarah dan mendo’akan para syuhada’ yang gugur di perang Uhud. Ketika Rasulullah saw. melakukan haji wada’, beliau berpesan,
لتأخذوا عني مناسككم لعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا
Artinya: “Pelajarilah dariku tata cara haji kalian, bisa jadi aku tidak berjumpa lagi dengan kalian setelah tahun ini.” (H.R. al-Bukhāri, No. 4430)
Setelah melakukan haji wada’, kondisi kesehatan Rasulullah saw. mulai menurun. Beliau mulai mengeluhkan sakit pada bagian kepala. Di hari-hari sakit Rasulullah saw., beliau banyak menyampaikan wasiat di antaranya, Rasulullah saw. mewasiatkan agar orang musyrik dan Yahudi dikeluarkan dari Jazirah Arab, Rasulullah saw. berpesan agar umatnya berpegang teguh pada Al-Qur’ān, Rasulullah saw. juga berpesan untuk selalu berbuat baik kepada orang-orang Anshar dan para budak, Rasulullah saw. berwasiat kepada umatnya untuk menjaga ṣalāt, Rasulullah saw. juga melarang kuburan beliau dijadikan berhala yang disembah, dan Rasulullah saw. juga berpesan kepada umatnya untuk tidak berlomba-lomba dalam hal duniawi. Rasulullah saw. juga menyedekahkan beberapa dinar dari harta beliau dan beliau bersabda,
لا نورث ما تركناه صدقة
Artinya: “Kami (para Nabi) tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah.” (H.R. al-Bukhāri dalam Fathul Barri 12/8 No. 6730).
Dalam sakit Rasulullah saw., beliau memerintahkan Abu Bakar r.a. untuk menjadi imam shalat, sebagaimana dalam ḥadiṡ yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a.,
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّي لَهُمْ فِي وَجَعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيْهِ حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ الْاِثْنَيْنِ وَهُمْ صُفُوْفٌ فِي الصَّلَاةِ فَكَشَفَ النَّبِيّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتْرَ الْحُجْرَةِ يَنْظُرُ إِلَيْنَا وَهُوَ قَائِمٌ كَأَنَّ وَجْهَهُ وَرَقَةُ مُصْحَفٍ ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ فَهَمَمْنَا أَنْ نَفْتَتِنَ مِنْ الْفَرَحِ بِرُؤْيَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَكَصَ أَبُو بَكْرٍ عَلَى عَقِبَيْهِ لِيَصِلَ الصَّفَّ وَظَنَّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَارِجٌ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَشَارَ إِلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتِمُّوا صَلَاتَكُمْ وَأَرْخَى السِّتْرَ فَتُوُفِّيَ مِنْ يَوْمِهِ
Artinya: “Abu Bakar menjadi imam ṣalāt bagi mereka saat Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sakit hingga akhirnya beliau meninggal dunia. Hingga pada hari Senin, saat orang-orang sudah berada dalam saf-saf ṣalāt mereka, Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menyingkap tirai kamarnya lalu dan memandang ke arah kami sambil berdiri, sementara wajah beliau pucat pasi seperti kertas. Lalu beliau tersenyum dan tertawa, hingga hampir-hampir kami terkena fitnah (ingin keluar dari saf, pent.) karena bergembira melihat Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam demikian. Abu Bakar juga mundur ke belakang untuk ṣalāt di saf karena menduga bahwa Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam akan keluar untuk ṣalāt. Namun Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam memberi isyarat kepada kami, ‘Lanjutkan ṣalāt kalian,’ lalu beliau menutup kembali tirainya dan ternyata pada hari itulah beliau wafat.” (H.R. Bukhāri, No. 680)
Rasulullah saw. wafat pada hari Senin, bulan Rabiul Awwal tahun 11 Hijriyah pada waktu Duha. Adapun mengenai tanggal Rasulullah saw. wafat, ulama berselisih pendapat. Namun, yang telah disepakati oleh para ulama ialah tanggal 12 Rabiul Awwal. Rasulullah saw. wafat setelah menyempurnakan amanah berupa risalah dan membumikan agama Islam. Beliau wafat di pangkuan istri tercintanya yaitu ‘Aisyah. Sebagaimana dalam ḥadiṡ disebutkan yang artinya, “‘Aisyah bercerita, ‘Ketika kepala beliau terbaring, tidur di atas pahaku, beliau pingsan. Kemudian (ketika sadar) mengarahkan pandangannya ke atas, seraya berucap, ‘Allahumma ar-rafiq al-a’la’.” (H.R. al-Bukhāri dalam Fathul Barri 8/150, No. 4463)
Memetik Hikmah Wafatnya Rasulullah saw..
Berita wafatnya Rasulullah saw. di waktu Ḍuḥa tersebut telah menyebar di antara para sahabat. Beberapa di antara para sahabat tidak percaya mengenai hal tersebut, bahwa manusia paling agung, kekasih Allah Swt., dan suri tauladan mereka telah wafat di hari itu. Para sahabat bersedih karena berpisah dengan Rasulullah saw.. Salah seorang sahabat yang tidak mempercayai berita kewafatan Rasulullah saw. ialah Umar bin Khattab r.a.. Umar bin Kattab r.a. berkata, “Rasulullah tidak wafat, beliau tidak akan pergi hingga Allah memerangi orang-orang munafik”.
Kemudian Abu Bakar r.a. pun hadir dan menyuruh Umar bin Khattab r.a. untuk duduk dengan tenang, kemudian Abu Bakar r.a. berbicara di depan Umar bin Khattab r.a. dan umat muslim, “Siapa saja di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka ketahuilah Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat”. Kemudian Abu Bakar r.a. membacakan firman Allah Subḥanahu wa ta’ālā dalam surah āli-‘Imrān ayat 144.
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ {١٤٤}
Artinya: “(Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. merupakan utusan Allah Swt.. Beliau tak lain ialah seorang manusia yang sama seperti para utusan Allah Swt. sebelumnya yang telah wafat. Nabi Muhammad saw. juga akan wafat. Ayat tersebut turun untuk membantah perkataan orang munafik ketika perang Uhud sedang berkecamuk. Di tengah-tengah perang Uhud, tersiar kabar bahwa Rasulullah saw. telah terbunuh, sehingga berita tersebut mengacaukan umat Islam. Beberapa umat Islam ada yang ingin meminta perlindungan pempimpin kaum Quraisy yakni Abu Sufyan. Sementara itu, kaum munafik mengatakan, bahwa jika Nabi Muhammad saw. betul seorang nabi, maka tidak akan terbunuh. Kemudian Allah Swt. menurunkan ayat tersebut.
Setelah Abu Bakar r.a. selesai membacakan ayat di atas, umat muslim langsung menyadari wafatnya Rasulullah saw.. Mereka begitu larut dalam kesedihan karena seseorang yang sangat mereka cintai telah berpulang.
Di sinilah letak hikmah dari wafatnya Rasulullah saw.. Bahwa setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya, bahkan Rasulullah saw. sang kekasih Allah Swt. pun demikian. Mengingat kehidupan yang singkat, hendaklah kita mempersiapkan bekal dengan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dengan cara meningkatkan kualitas ibadah, bertaubat atas dosa-dosa yang telah diperbuat, melakukan amal-amal baik lainnya, dan meninggalkan kemaksiatan. Dalam firman-Nya, kita diingatkan perihal kematian dalam surah Luqman ayat 34.
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ {٣٤}
Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok. (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Terdapat sebuah ḥadiṡ dari Rasulullah saw. yang dapat menyadarkan kita, bahwa hidup di dunia hanyalah sebentar.
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Artinya: “Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (H.R. Ibnu Mājah: 4236, Syaikh Al-Albani mengatakan ḥadiṡ tersebut hasan shahih).
Sumber:
https://kisahmuslim.com/5347-wafatnya-rasulullah-%EF%B7%BA.html diakses pada 11 Juni 2024 pukul 09.45
H.R. al-Bukhāri, dalam Fathul Barri 8/132 No. 4431 dan Musnad Imam Ahmad 1/195
Ar-Raudh al-Unuf Syarhu Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam karya Imam as-Suhaili 4/439, Asy-Syamilah
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 8/146