Menumbuhkan Semangat Literasi Dakwah
Yukrimah Nur Rohhim, S.S.
Tim Redaksi Nur Hidayah Press
Gambar 1.1 Menumbuhkan Semangat Literasi Dakwah. Sember: https://images.app.goo.gl/eR2YFPYj1o6Qk2dZ8
Dakwah seperti yang diketahui, adalah ajakan atau seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama kepada orang lain, baik orang-orang terdekat maupun masyarakat luas. Islam sendiri telah mengajarkan untuk berdakwah sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut.
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ {٣٣}
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?’” (Q.S. Fuṣṣilat: 33)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, berdakwah adalah menyeru kepada jalan Allah Swt. dan berbuat kebajikan. Dengan demikian, dakwah adalah bagian yang sangat esensial dalam kehidupan seorang muslim.[1] Esensi dakwah tersebut berada pada ajakan, dorongan, motivasi, rangsangan, serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya.[2]
Masing-masing individu muslim dalam setiap aktivitas hidupnya adalah bentuk dakwah. Terdapat tiga macam dakwah dalam Islam yang perlu diketahui. Dakwah tersebut di antaranya adalah dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah bil kitabah. Dakwah bil lisan adalah dakwah yang disampaikan secara lisan seperti khutbah, ceramah, kultum, dan sebagainya. Dakwah bil hal adalah dakwah yang diwujudkan melalui perilaku atau aksi misalnya menyebarkan atau membagikan ilmu yang dimiliki kepada orang lain yang belum mengerti, menolong orang yang kesusahan, dan lain-lain. Sementara dakwah bil kitabah merupakan dakwah literasi, yakni mengajak masyarakat untuk mengenal dan membaca sumber bahan bacaan, dalam konteks ini adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.[3]
Dakwah bil kitabah yang dilakukan dengan membaca Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti kembali kepada bacaan yang memiliki kevalidan sumber. Upaya untuk mengajak orang lain dengan dakwah bil kitabah dimaksudkan untuk menumbuhkan budaya membaca disamping budaya mendengar. Jika dakwah bil lisan adalah dengan mengajak orang secara lisan, maka dakwah bil kitabah dapat dilakukan dengan menuliskan seruan, dorongan, motivasi, dan sebagainya untuk mengajak orang lain kembali ke jalan Allah Swt..
Tentu dakwah bil kitabah juga harus memegang teguh kaidah-kaidah berdakwah. Dimana seorang muslim dalam berdakwah harus dilandasi dengan niat ikhlas mencari ridha Allah Swt.. Tidak lupa berdakwah harus dilandasi dengan ilmu yang sahih. Dakwah disampaikan dengan hikmah dan sikap yang sabar. Selain itu, seorang muslim yang berdakwah harus mengetahui bagaimana keadaan orang yang didakwahi.[4] Dengan mengetahui keutamaan dakwah bil kitabah dan memegang teguh kaidah dalam berdakwah, diharapkan literasi dakwah akan semakin maju dan mencapai tujuannya untuk menumbuhkan semangat membaca dan menuliskan literatur Islami.
[1] Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009). h. 6.
[2] Ibid.
[3] Syamsul Yakin dalam artikel “Dakwah Literasi dan Literasi Dakwah”
[4] Muhammad Abduh Tuasikal dalam artikel “Tsalatsatul Ushul: Empat Kaedah dalam Berdakwah”