
Oryza Alkarima, S.Pd.
Tim Redaksi Nur Hidayah Press
Pembentukan Karakter Anak dimulai dari Penggunaan Bahasa yang Positif

Gambar 1.1 Pembentukan karakter anak. Sumber: https://images.app.goo.gl/gAC9UtSPXwA3Effo7
Bahasa positif atau santun dalam berbahasa adalah penggunakaan bahasa yang disampaikan secara baik dan halus, menggunakan tutur sapa lemah lembut, tenang dan sopan. Bahasa yang disengaja maupun tidak dapat memengaruhi mental dan watak pada seseorang, begitu pula pada diri anak. Sebaliknya bahasa pada seseorang yang penuh emosional dan kasar akan mempengaruhi mental dan watak anak menjadi pribadi yang temperamental dan emosional pula (Saudah, 2014: 73).
Kesantunan berbahasa dalam Al-Qur’an berkaitan dengan cara pengungkapan, perilaku, dan kosakata santun yang disesuaikan dengan lingkungan seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an surah Lukman ayat 19 “… dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”
Berbahasa positif dapat dimulai dengan pemilihan kata yang tepat saat berkomunikasi dengan anak. Terdapat lima kata wajib yang dapat diucapkan orang tua dalam mengungkapkan dan mengajarkan bahasa yang positif kepada anak.
- Kata Jadi untuk menyiratkan sebuah pujian atau dukungan untuk kemajuan yang telah anak lakukan. Kemajuan dalam hal ini dapat diartikan ketika anak melakukan hal yang baik. Misalnya “Nak, kamu sudah jadi anak yang baik karena mengingat untuk mengucapkan terima kasih”.
- Kata Berhenti dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak kemudian menawarkan suatu hal lain kepadanya. Misalnya kalimat “Bagaimana kalau kita berhenti bermain sebentar, lalu pergi ke kamar tidur untuk istirahat?”
- Kata Karena/Supaya sebagai bentuk alasan mengapa suatu tindakan perlu dilakukan oleh anak. Misalnya, “Ayo kembalikan lagi mainan ke tempatnya, supaya tempat ini jadi bersih dan bisa bebas berjalan”.
- Kata Ya bisa digunakan orang tua ketika menolak atau melarang suatu hal dengan tidak menggunakan kata negatif. Seringkali orang tua menolak keinginan atau melarang perilaku anak dengan kata negatif seperti tidak atau jangan. Kalimat tersebut dapat diungkapkan lebih positif dengan menggunakan kata ya, seperti kalimat “Ya, kita bisa pergi bermain setelah selesai makan siang”.
- Kata Ayo, dapat diucapkan untuk mengalihkan anak ketika melakukan suatu yang berbahaya. Misalnya seperti kalimat “Ayo ke sini nak, biarkan pecahan gelasnya di sana!”
Langkah yang dapat dilakukan selain dengan pilihan kata yang positif, orang tua dapat melatih dan meningkatkan kemampuan berbahasa yang positif melalui tindakan atau perilaku. Berikut ini adalah tindakan yang dapat dilakukan orang tua untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa positif pada anak.
- Memberikan Teladan kepada Anak.
Orang tua sering memberikan petunjuk atau arahan yang positif kepada anak, tetapi apabila perlilaku yang ditampakkan berbeda dengan apa yang dikatakkan maka akan menimbulkan menurunnya kepercayaan anak kepada orang tua.
- Sikap Ramah dan Lemah Lembut kepada Anak.
Bahasa yang positif harus dibersamai dan selaras dengan sikap yang ramah dan lembut kepada anak. Seperti yang dicontohkan Rasulullah saw., beliau biasa untuk mencium cucunya Hasan dan Husain. Kelembutan yang dapat ditunjukkan orang tua terhadap anak seperti perangai yang lembut, tutur kata yang baik, interaksi yang santun, serta sikap yang bijak.
- Kasih sayang Terhadap Anak.
Menyanyangi anak merupakan salah satu akhlak Rasulullah saw. Beliau bersabda “Barangsiapa tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasih”. Begitu pula kisah yang disampaikan Aisyah ketika bertemu seorang perempuan dan kedua anakknya. Aisyah memberikan tiga butir kurma kepada mereka. Sang ibu kemudian memberikan dua butir kurma untuk anaknya, masing-masing anak mendapatkan satu butir kurma. Ketika kurma tersisa satu buah dan hendak dimakan sang ibu, kedua anak itu memandang ke arahnya. Sang ibu kemudian mengambil kurma dan membelahnya menjadi dua lalu membaginya kepada masing-masing anak. Kemudian Rasulullah bersabda “Sungguh Allah telah menyanyangi si perempuan, karena kasih sayangnya kepada anak-anaknya”.
- Memanggil dengan Panggilan yang Baik.
Rasulullah bersabda “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian mengatakan hai budak laki-lakikku, hai budak perempuanku karena semua baik laki-laki maupun perempuan adalah hamba Allah”. Berdasarkan hadist tersebut, orang tua harus membiasakan panggilan yang baik kepada anak, seperti panggilan anak rajin, anak saleh salihah, anak pandai atau panggilan yang baik lainnya.
- Menghindari Bertengkar di depan Anak.
Orang tua sebaikknya tidak membiasakan diri bertengkar terlebih dengan emosi yang marah, suara yang meledak-ledak, saling berteriak atau bahkan mendiamkan tanpa saling bertegur sapa. Perilaku ini bukan tidak mungkin dapat ditiru oleh anak terlebih pertengkaran yang menggunakan perkatakaan atau bahasa yang negatif.
Referensi:
Aslamiyah, Sibatul. 2019. Bahan Ajar Pembentukan Karakter Anak Usia Dini melalui Pembiasaan Berbahasa Positif. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendididkan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Sumatera Utara.
Nasution, Nur Kholidah. 2022. Membentuk Karakter Anak Melalui Pendidikan Bahasa. Tangerang Selatan: Pascal Book.
Saudah, Siti. 2014. Bahasa Positif sebagai Sarana Pengembangan Pendidikan Moral Anak. Al-Ulum: 14 (1): 67-84.