Nur Hidayah Press
Leony Dwi Sasmitha, S.Pd.

Leony Dwi Sasmitha, S.Pd.

Tim Redaksi Nur Hidayah Press

Prinsip Kerjasama dalam Islam

Gambar 1.1 Kerjasama dalam Islam. Sumber: https://images.app.goo.gl/HhwgDu9yLu85Xbfh9

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk berkomunikasi dan menyampaikan maksud. Fungsinya sangat penting dalam mencapai tujuan selama berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis, yang saling terkait.

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi dan kata-kata untuk menyatakan pemikiran, gagasan, dan perasaan. Dalam konteks ini, prinsip kerja sama Grice menjadi penting untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Prinsip ini mencakup empat macam maksim percakapan, yaitu kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara.

  • Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas berarti penutur harus berbicara sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Jangan membuat pembicaraan terlalu panjang atau memberikan informasi lebih dari yang diperlukan. Prinsip ini menekankan kontribusi informasi yang sesuai dengan konteks, tanpa memberikan lebih banyak informasi dari yang seharusnya. Intinya, bicaralah seefisien mungkin sesuai dengan kebutuhan dan jangan berlebihan.

Dalam Islam, berperilaku berlebihan juga tidak diperkenankan. Mengenai hal tersebut, Allah Swt. berfirman,

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوْٓا اَهْوَاۤءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوْا مِنْ قَبْلُ وَاَضَلُّوْا كَثِيْرًا وَّضَلُّوْا عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ ࣖ {٧٧}

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai Ahlulkitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam (urusan) agamamu tanpa hak. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kaum yang benar-benar tersesat sebelum kamu dan telah menyesatkan banyak (manusia) serta mereka sendiri pun tersesat dari jalan yang lurus’.” (Q.S. al-Mā’idah: 77)

  • Maksim kualitas

Maksim kualitas dalam bahasa Indonesia mengharuskan pembicara untuk berbicara sesuai dengan kenyataan. Artinya, apa yang diucapkan harus benar dan sesuai dengan fakta. Penutur diharapkan memberikan bukti yang cukup untuk mendukung pernyataannya. Jadi, prinsip ini menekankan kejujuran dan kebenaran dalam berbicara, serta pentingnya menyertakan bukti yang memadai untuk mendukung apa yang diungkapkan.

Dalam Islam, kita juga diperintahkan untuk berperilaku jujur. Banyak Al-Qur’ān dan ḥadiṡ yang menyatakan perilaku jujur, diantaranya adalah sebagai berikut.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ {١١٩}

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. at Taubah: 119)

Dalam ayat lainnya, Allah Swt. berfirman,

فَلَوْ صَدَقُوا اللّٰهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۚ …. {٢١}

Artinya: Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Q.S. Muḥammad: 21)

Dalam ḥadiṡ dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud raḍiyallāhu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللّٰهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللّٰهِ كَذَّابًا

Artinya: “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (H.R. Muslim, No. 2507)

  • Maksim relevansi

Maksim relevansi adalah maksim yang berupa nasihat mengajarkan bahwa saat berbicara, penting untuk membahas hal-hal terkait dengan topik yang sedang dibicarakan. Ini membantu menciptakan percakapan yang terstruktur dan efektif karena setiap peserta memberikan kontribusi yang sesuai dengan topik, sehingga tujuan percakapan dapat tercapai dengan baik.

Islam mengajarkan kita tentang menasihati sesama muslim dengan kebaikan. Sudah sepantasnya kita sebagai seorang muslim untuk saling menasihati. Hal ini dijelaskan dalam surah aż-Żāriyāt ayat 55.

وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ {٥٥}

Artinya: “Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.”

Dalam surah lain, Allah Swt. berfirman,

وَالْعَصْرِۙ {١} اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ {٢} اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ {٣}

Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan beramal ṣāliḥ serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (Q.S. al-‘Aṣr: 1-3)

  • Maksim cara

Maksim cara, atau aspek kejelasan dalam tuturan, menekankan pentingnya berbicara secara langsung, runut, tanpa kekaburan, dan tanpa berlebihan. Ini bertujuan agar komunikasi menjadi jelas dan mudah dipahami.

Berbicara mengenai tegas dan jelas, Allah Swt. pernah berfirman,

اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ بَلِيْغًا {٦٣}

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang Allah ketahui apa yang ada di dalam hatinya. Oleh karena itu, berpalinglah dari mereka, nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.” (Q.S. an-Nisā: 63)

Dengan memahami prinsip kerja sama Grice, pembicara dan pendengar dapat lebih mudah memahami maksud dari ujaran yang disampaikan. Prinsip ini membantu dalam menjelaskan hubungan maksud antara pembicara dan pendengar dalam komunikasi. Oleh karena itu, pemahaman prinsip kerja sama Grice menjadi kunci dalam menciptakan komunikasi yang efektif dan saling menguntungkan.

Referensi:

Apriadi, Sarah, Budhi Setiawan, dan Kundharu Saddhono. 2018. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Diskusi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta: Kajian dengan Prinsip Kerja Sama Grice dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarnya. Volume 6 No. 1.

Retnosari, Ira Eko, dan Rahayu Pujiastuti. 2021. Maksim Kuantitas dan Maksim Kualitas dalam Tuturan Bahasa Indonesia pada Anak Disabilitas Intelektual. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, Volume 10 No. 2. 2020.

Yulianti, Yessinta, dan Asep Purwo Yudi Utomo. Analisis Implikatur Percakapan dalam Tuturan Film Laskar Pelangi. Matapena: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3 No. 1.

Arvianto, Faizal. 2019. Analisis Prinsip Kerja Sama dalam Acara Komedi Extra vaganza. Uhindo: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 4 No. 1.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Hubungi Kami
Informasi lebih lanjut
Customer Service
Selamat datang di Nur Hidayah Press!
Apakah ada yang bisa kami bantu?