Nabila Nur Fauziyah, S.Pd.
Tim Redaksi Nur Hidayah Press
Saat Anak Melakukan Kesalahan, Apakah Cukup Hanya Meminta Maaf?
Gambar : Orang tua menasehati anak, Sumber : https://images.app.goo.gl/F8ad5LNc8pfcwULa7
Tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah penguasaan diri dengan tujuan utama memanusiakan manusia. Penguasaan diri dapat mengantarkan anak mengambil sikap dan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa. Mengajak anak untuk memperbaiki kesalahan adalah salah proses penting. Sebab, meminta anak meminta maaf jelas tidak cukup menjadi pelajaran karakter. Permintaan maaf justru menjadi solusi instan seolah semua permasalahan dapat selesai hanya dengan penyesalan. Maka, sebagai orang tua atau pendidik kita perlu menerapkan restitusi. Restitusi adalah proses di mana seorang anak diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan memperbaiki dampak perilaku yang ditimbulkan.
Misalnya, seorang anak berlarian hingga tak sengaja menumpahkan susu milik kakaknya. Langkah restitusi yang bisa dilakukan adalah:
- Melakukan upaya rehabilitasi: Mengganti/memperbaiki benda atau situasi. Anak mengelap lantai yang kotor karena susu. Selanjutnya, anak membuatkan susu untuk kakaknya.
- Membuat resolusi: berjanji dan membuat rencana untuk mencegah kesalahan terulang kembali. Anak berjanji dan berlatih untuk berhati-hati dalam berlari.
- Menyatakan maaf dengan sukarela: setelah melakukan langkah satu dan dua, anak meminta maaf sambil membawakan susu yang dibuatnya.
Melibatkan anak dalam proses penyelesaian masalah dapat mempercepat proses belajarnya. Mengubah kebiasaan butuh proses dan pengawasan terus menerus. Perubahan tidak dapat terjadi dalam hitungan hari, melainkan mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Maka, perlu konsisten dan kesabaran dari orang tua/pendidik. Semoga kita senantiasa dianugerahi kesabaran
Referensi:
Shihab, Najeela. (2017). Keluarga Kita Mencintai dengan Baik. Buah Hati. Tangerang.
Wiryopranoto, S., Herlina, N., Marihandono, D., & Tangkilisan, Y. B. (2017). Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan perjuangannya. Museum Kebangkitan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.