Nur Hidayah Press
Heri Setiawan, S.S.

Heri Setiawan, S.S.

Tim Redaksi Nur Hidayah Press

Tawakal dalam Konsep Nrima ing Pandum

Gambar: Penggambaran orang Jawa. Sumber: https://www.patinews.com

Nrima ing pandum adalah menerima semua pemberian Allah kepada manusia. Kata nrima artinya menerima dan pandum artinya pemberian. Dalam kehidupan, sejatinya semua sudah diatur dan ditakdirkan oleh Tuhan dan tugas manusia di dunia menjalaninya. Tujuan sikap nrima ing pandum adalah ketenangan, ketentraman dan keberkahan dalam hidup.

Menurut Mangkunegaran I, perilaku nrima ing pandum diawali dengan usaha (obah). Setelah berusaha kemudian menerima dan menjalani takdir Tuhan (pepesthen Gusti). Dalam kehidupan, nrima adalah sikap yang diyakini bahwa manusia hanya sakderma nglakoni urip, Gusti kang wenang nemtokake (manusia hanya menjalani hidup, Tuhan yang berwenang menentukan). Manusia yang mampu memaknai nrima ing pandum akan senantiasa bersyukur, sabar, tentram dan tidak mudah marah dalam menyikapi kejadian yang dialami. Kejadian baik atau buruk akan disikapi sama, yaitu akan diserahkan dan dipasrahkan kepada Tuhan.

Sikap nrima ing pandum dapat dipahami sebagai sebuah sikap yang menerima nasib apa adanya atau pasrah menerima keadaan hidup. Hal ini masih berkaitan dengan ungkapan Jawa lainnya, seperti pasrah lan sumarah (pasrah dan tunduk patuh) atau sumeleh lan sumarah dumateng kersaning Gusti (berserah dan pasrah pada kehendak Tuhan) dan sikap hidup samadya (secukupnya). Ungkapan ini biasanya ditujukan ketika menghadapi kesengsaraan hidup, sehingga orang tersebut mampu menjalaninya dengan tabah dan pasrah. Sikap nrima ing pandum dapat berwujud mensyukuri dan merasa berkecukupan dengan kekayaan yang dimiliki.

Nrima ing pandum merupakan sikap tawakal berpasrah terhadap takdir yang diberikan Tuhan kepada manusia. Pasrah yang dimaksud adalah setelah melakukan usaha atau ikhtiar. Nrima ing pandum merupaka nilai-nilai dari kebudayaan Jawa yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakat Jawa.

Konsep ini sebagai pengekang agar manusia tidak terlalu tinggi dalam berharap sehingga ketika kenyataan ternyata tidak sesuai, rasa susah tidak akan menyerang individu tersebut. Konsep ini membantu kita menerima kenyataan yang ada. Tawakal membuat kita berserah diri kepada Allah SWT atas segala yang telah ditetapkan-Nya. Nrima ing pandum membantu kita untuk menerima segala sesuatu apa adanya tanpa berharap atau menuntut “yang tidak-tidak” terhadap lingkungan.

Ajaran ini kadang dihubungkan dengan alasan rendahnya etos kerja masyarakat Jawa, yang membuat masyarakat tidak memiliki motivasi untuk bekerja dengan giat dan menerima segalanya dengan apa adanya tanpa usaha yang maksimal. Oleh karena itu, sikap nrima ing pandum seharusnya ditempatkan pada konteks setelah mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai suatu tujuan hidup dan menyerahkan hasilnya kepada kehendak Tuhan. Selain tawakal, Islam juga mengenal konsep ikhtiar, yakni umat Islam diwajibkan untuk berusaha sekeras mungkin. Bahkan dalam batasan tertentu dikenal juga konsep jihad yang menuntun kita “bersungguh-sungguh dalam berusaha”.

Rasulullah sendiri juga menekankan bahwa tawakal bukan berarti tanpa usaha. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”

Hadist tersebut menjelaskan bahwa meskipun segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah SWT, manusia tetap memiliki kewajiban untuk berusaha. Sehingga menjadi salah jika beranggapan bahwa sikap tawakal menyebabkan etos kerja masyarakat menjadi rendah.

Sedangkan masyarakat Jawa dituntut untuk selalu memberi tanpa pamrih. Seperti sopan santun terhadap tamu yang menunjukkan lebih mengutamakan orang lain daripada kepentingan diri kita sendiri. Adanya etos gotong-royong dan kerja sama merupakan sebuah bentuk nyata dari konsep usaha di tengah masyarakat Jawa. Ketika kita dituntut bukan hanya berusaha untuk diri kita sendiri, tetapi juga berusaha untuk orang lain tanpa pamrih.

Kesimpulannya adalah hidup ini pada dasarnya adalah tentang urusan memberi dan menerima. Memberikan apa yang bisa kita berikan semaksimal mungkin tanpa pamrih dan menerima apa yang telah diberikan kepada kita dengan lapang hati tanpa menuntut. Inilah makna sejati dari prinsip nrima ing pandum dengan yakin dan berserah diri hanya kepada Allah Swt..

 

 

Referensi:

Ariko, D. 2019. Karakter Khas Orang Jawa Tengah, “Nrimo Ing Pandum”. https://jateng.garudacitizen.com/karakter-khas-orang-jawa-tengah/. Diakses pada 17 November 2023 pukul 10.34.

Endraswara, S. 2010. Etika Hidup Orang Jawa: Pedoman Beretiket dalam Menjalani Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta: Narasi.

Rizki Rian Sari, Sutiyah, dan Dadan Adi Kurniawan. 2021. Pemaknaan Konsep Nrimo Ing Pandum Dalam Kehidupan Abdi Dalem Kraton Kasunanan Surakarta. Jurnal Candi Volume 21/ No.2/Tahun XII/ September 2021.

Tanpa Nama. 2016. KHAS—Falsafah Jawa Nrimo ing Pandum Serupa Tawakal dalam Islam. https://islamindonesia.id/budaya/khas-falsafah-jawa-nrimo-ing-pandum-serupa-tawakal-dalam-islam.htm. Diakses pada 17 November 2023 pukul 09.53.

Yudianto, Dimas Prabu. 2020. Nrimo Ing Pandum Iku Ora Wujud Wong Manutan, tapi Wani Tumindak Kaliyan Ikhlas. https://mojok.co/corak/rerasan/nrimo-ing-pandum-iku-ora-wujud-wong-manutan-tapi-wani-tumindak-kaliyan-ikhlas/. Diakses pada 17 November 2021 pukul 10.27.

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Hubungi Kami
Informasi lebih lanjut
Customer Service
Selamat datang di Nur Hidayah Press!
Apakah ada yang bisa kami bantu?