Nur Hidayah Press

Rezeki yang Selama Ini Tidak Disadari: Diberikan Kesadaran untuk Melaksanakan Ibadah

Yukrimah Nur Rohhim, S.S.

Yukrimah Nur Rohhim, S.S.

Staff Redaksi Nur Hidayah Press

Gambar 1.1 Diberikan Kesadaran untuk Melaksanakan Ibadah. Sumber: https://images.app.goo.gl/FExQbcNQKiX5QJtm6

Siapa yang masih mengira bahwa rezeki itu selalu berupa harta? Mungkin masih banyak di antara manusia khususnya umat Islam yang berpikir demikian. Terkadang ada yang mempercayai bahwa melaksanakan ibadah-ibadah atau melakukan amalan tertentu dapat membukakan pintu rezeki. Misalnya rutin melaksanakan salat sunnah atau bersedekah dengan keyakinan ibadah-ibadah tersebut dapat membuka pintu rezeki bagi dirinya. Padahal sejatinya, adanya kesempatan dan niat untuk melaksanakan ibadah itu sendiri sudah merupakan sebuah rezeki yang luar biasa.

Melalui penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa rezeki itu bukan hanya selalu soal harta dan materi yang tampak pada mata manusia. Namun, rezeki dapat hadir dalam berbagai bentuk. Seperti tubuh yang diberi kesehatan, dipertemukan dengan teman-teman yang salih dan selalu mengingatkan dalam kebaikan, dijauhkan dari sifat iri, dengki, sombong, dan sebagainya, itu juga merupakan bentuk rezeki. Disebutkan oleh Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi bahwa terdapat empat tingkatan rezeki. Empat tingkatan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Rezeki yang berupa harta.
  2. Rezeki yang berupa kesehatan.
  3. Rezeki yang berupa keturunan yang saleh.
  4. Rezeki yang berupa ridha Allah Swt..

Dari keempat tingkatan tersebut, rezeki yang paling tinggi adalah kesehatan dan yang paling sempurna adalah rezeki yang berupa keridhaan dari Allah Swt..

Dengan demikian, jelaslah konsep rezeki sangat luas, bukan sebatas harta benda. Bahkan ketika sedang diberi sakit pun, itu adalah sebuah rezeki. Bagaimana bisa rasa sakit dapat disebut sebagai rezeki? Di sinilah perlunya berpikir positif bahwa bisa saja sakit tersebut menggugurkan dosa-dosa yang telah dilakukan. Bisa saja sakit tersebut merupakan sebuah titik balik bagi manusia supaya ia ingat dengan Tuhannya. Allah Swt. telah berfirman dalam surah Yunus ayat 107 sebagai berikut.

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ {١٠٧}

Artinya: “Dan jika Allah menimpakan suatu mudarat kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikannya (kebaikan itu) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa baik itu berupa mudarat maupun kebaikan, semuanya adalah dari Allah Swt.. Tidak ada yang dapat menghilangkan atau memberikannya kecuali hanya Dia semata. Oleh karena itu, harus disadari bahwa apabila manusia diberi nikmat sempat untuk melaksanakan ibadah, maka berarti Allah Swt. memberi rezeki yang luar biasa kepadanya. Sebab, tidak semua orang dapat merasakan nikmat tersebut. Maka bagaimanapun keadaannya, baik ketika susah, lapang, senang, maupun sempit, harus tetap ingat untuk melaksanakan ibadah. Bukan tidak mungkin pada ibadah mana yang kita lakukan, Allah Swt. akan melembutkan hati kita. Wallahu ‘alam bisshawab.

 

Referensi:

https://almanhaj.or.id/35825-nabi-ayyub-alaihissallam-diuji-oleh-allah-dengan-penyakit-yang-parah.html

https://www.portal-islam.id/2022/01/dulu-aku-mengira-shalat-dhuha-shalat.html

https://lampung.nu.or.id/syiar/4-tingkatan-rezeki-menurut-syekh-sya-rawi-875lZ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Hubungi Kami
Informasi lebih lanjut
Customer Service
Selamat datang di Nur Hidayah Press!
Apakah ada yang bisa kami bantu?